Rabu, 26 Februari 2014

Laporan Pembuatan Roti Koloid Kimia

Diposting oleh ghoziah maya lubis di 12.50
LAPORAN KOLOID KIMIA
diajukan untuk memenuhi syarat ujian praktik kimia


     
  Disusun Oleh :

       Kelompok 4

1.    Azmi Nur Shofa
2.    Fakhri Albaihaqi
3.    Ghoziah Maya
4.    Giska Prilly
5.    Mujaahid A.  
6.    Putri Ayu
7.    Tajiman Al- Isra

Kelas :
XII IPA 3

DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6
Jalan Pasir Kaliki NO.51 Telp. 022 – 6011309
2013 / 2014


Kata Pengantar

     Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum pembuatan koloid roti dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu.
     Dalam penyusunan laporan percobaan ini tentu saja jauh dari kesempurnaan. Kerena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan perbaikan tugas ini. Namun, berkat petunjuk, bimbingan dan nasehat dari Ibu Kuswati S.Pd sebagai guru kimia dan pembimbing sehingga tugas ini terselesaikan dengan baik walaupun penuh dengan kekurangan.
     Akhirnya, kepada seluruh pihak yang turut memberikan partisipasi dalam terwujudnya hasil pratikum ini, tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan laporan pratikum ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. 

Bandung, 25 Februari 2014 

         I.            Judul Percobaan
 Pembuatan Koloid Roti                                                                                       

       II.            Tujuan Percobaan

            1.      Untuk mengetahui sistem koloid pada roti.
2.      Untuk mengetahui jenis koloid pada roti.
3.      Untuk mengetahui bahan dasar yang digunakan dan cara pembuatan roti.

    III.            Pelaksanaan Percobaan
                Hari        : Minggu
   Tanggal    : 23 Februari 2014
   Waktu      : 15.00 -19.00 WIB
   Tempat     : Rumah Fakhri Albaihaqi Sofyan

    IV.            Alat dan Bahan
Alat :
a)      Baskom
b)      Sendok Pengaduk
c)       Lap basah
d)      Loyang
e)      Oven
Bahan :
a)      Tepung terigu protein tinggi 500 gram
b)      Mentega 100 gram
c)       Gula pasir 80 gram
d)      Ragi instan 1 bungkus
e)      Susu bubuk 2 sendok
f)       Telur 2 butir
g)      Susu cair yang dingin 100 ml
h)      Air putih
i)        Tambahan isiian bila diinginkan (coklat atau selai)

      V.            Landasan Teori
A.  Pengertian koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu ( terputus-putus ), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. ( Keenan, 1984 )
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse ( sebaran ) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi ( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau medium pendispersi. ( Arsyad, 2001 )

Zat
terdispersi
Zat
pendispersi
Nama
tipe
Contoh
Gas

Gas

Cairan

Cairan

Cairan


Padat

Padat

Padat
Cairan

Padat

Gas

Cairan

Padat


Gas

Cair

Padat
Busa

Busa padat

Aerosol padat

Emulsi

Emulsi padat


Aerosol padat

Sol

Sol padat
Krim kocok, busa bir, busa sabun.
Batu apung, karet busa.

Kabut, awan.

Mayones, susu.

Keju ( lemak mentega didispersikan dalam kasein ), mentega.
Asap, debu.

Kebanyakan cat, pati dalam air, selai.
Banyak aliase, intan hitam, kaca rubi.

B.  Macam-macam koloid
1.      Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara.
Contoh aerosol cair    : kabut dan awan
Saat ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon ( CFC ) dan karbon dioksida.
2.      Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari maupundalam industri.
Contoh sol : air sungai ( sol dari lempung dalam air ), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis dan cat ( Keenan, 1984 )
3.      Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air ( M / A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam  hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) : santan, susu dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak ( A / M ) : mayonaise, minyak bumi dan minyak ikan. ( Keenan, 1984 )
4.      Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang mangandung pembuih. ( Keenan, 1984 )
5.      Gel
Koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair ) disebut gel. Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.

C. Sifat – Sifat Koloid
1.      Efek Tyndall
Pernah kita amati cahaya dihamburkan oleh partikel-partekil debu bila seberkas cahaya matahari memasuki suatu kamar gelap, lewat pintu yang terbuka sedikit atau lewat suatu celah. Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak nampak; yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu disebut efek tyndall. Ini disebabkan  oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan cahaya dalam segala arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu larutan biasa, karena atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda dalam suatu larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-contoh yang tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat menjelaskan betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak zaitun maupun air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.

2.      Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan nampak partikel-partikel koloid, bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan brown, menurut nama seorang ahli botani Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya dalam tahun 1827.
3.      Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar. Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang belum terimbangi atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom (molekul-molekul) dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi terikat dengan kuat dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tidak lebih dari satu atau dua molekul. Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung pada luasnya permukaan yang tersingkap. Meskipun adsopsi merupakan suatu gejala umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa efisiensinya dengan materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut.
a.       Pemutihan Gula Tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
b.         Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit didalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
c.         Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat. Didalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
4.      Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode.


Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1.      Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat ( lempung )
dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam   air.
2.      Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
3.      Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan   
tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan  digumpalkan oleh Al3+ dari tawas ( aluminium sulfat )
4.      Asap atau debu dari pabrik / industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi  
      listrik.
5.      Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan mmenambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh :
1.      pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukkan kristal besar es atau gula.
2.      Cat dan tinta dapat bertahan karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3.      Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.


6.      Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput semipermeabel disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10 Å dan membiarkan lewatnya molekul air dan muatan-muatan kecil. Selaput hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastic sintetik merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang melewati membran agaknya berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada permukaan membran dan bergerak dari letak ( site ) adsorben yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak melewati pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)

D. Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu :

1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :
a.       Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi oksidasi, atau reaksi subtitusi.
a.       Hidrolisis : Merupakan reaksi suatu zat dengan air
b.      Reaksi Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
c.       Reaksi Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian
b.      Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.

2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik ( listrik busur breding ).
a.       Cara Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh : Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama – sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus dengan air
b.      Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah membuat koloid dari butir – butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi ( pemecahan ). Contoh : Agar – agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin dan lain – lain. (Oxtoby, 2001)

E.   Roti
Roti merupakan salah satu produk makanan yang terbuat dari tepung terigu. Roti termasuk makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Sejarah mencatat bahwa roti sudah dikenal sejak zaman neolitikum dimana pada saat itu biji-biji sereal dicampur dengan air dan dibuat pasta kemudian dimasak. Dahulu orang Mesir kuno membuat makanan ini bersamaan dengan pembuatan minuman bir yang keduanya mempunyai arti religius. Hal ini menjadi gagasan awal bagi mereka dalam menciptakan alat untuk memanggang (oven). Roti juga menjadi makanan pokok rendah lemak yang tercatat dalam sejarah bangsa Eropa yang terjadi kira-kira pada tahun 1000 SM. Beberapa ratus tahun kemudian, sebagian besar masyarakat Eropa mulai jenuh dengan makanan ini dan produksi roti pun mulai merosot tajam.
Otto Frederick Rohwedder dianggap sebagai bapak atau pelopor dari roti iris (sliced bread). Pada tahun 1912 Rohwedder bekerja pada sebuah toko roti dan menciptakan sebuah mesin pengiris roti. Namun fungsi mesin tersebut hanya sebagai penghancur roti-roti yang sudah basi. Hingga pada tahun 1928, Rohwedder menciptakan sebuah mesin yang bisa mengiris roti dengan sangat rapi. Toko roti di Chillicothe, Missouri adalah yang pertama kali menggunakan mesin pengiris roti ini.
Generasi selanjutnya, roti berwarna putih mulai lebih disukai dibandingkan dengan roti yang berwarna gelap. Namun konotasi ini berbalik pada abad ke-20 dimana roti yang berwarna gelap mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan roti berwarna putih.

F.   Koloid pada roti
Syarat yang utama dalam pembuatan roti adalah serasi pencampuran oleh pengadaan gas, kedua oleh koagulan dari suatu material pemanasan dalam oven sehingga gas tertahan dan struktur material distabilisasi. Pada prinsipnya pembuatan roti terdiri dari tahap-tahap yaitu (1) pencampuran adonan (dough), (2) fermentasi adonan, dan (3) pemanggangan.
Tujuan dari pencampuran adalah untuk membuat adonan yang sempurna agar adonan mengembang dan mempunyai tekstur yang lembut, pori-pori kecil, dan tidak bantat. Pada proses pencampuran adonan terjadi perubahan sebagian dari pati berubah menjadi gula. Selanjutnya pada proses fermentasi terjadi perubahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.
Roti tawar yang memiliki betuk padat dan mempunyai pori-pori kecil ternyata merupakan  salah satu jenis koloid yaitu Buih Padat. Buih Padat adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Proses peragian pada roti tawar yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
Proofing akan terjadi pada proses ini yaitu tingkat dimana gas CO2 yang dihasilkan dalam adonan berada pada tingkat terakhir dan memberi volume pada roti. Organisme yang memegang peranan penting dalam proses fermentasi makanan mulai dari khamir, kapang, sampai pada bakteri. Jenis fermentasi yang disebabkan oleh mikroba tertentu sangat berbeda dengan jenis mikroba lainnya dimana di satu jenis kadang-kadang mendahului jenis lainnya. Di dalam pengawetan pangan terdapat tiga jenis fermentasi, yaitu (1) fermentasi alkohol, (2) fermentasi dari asam laktat, dan (3) fermentasi asam asetat. Fermentasi asam asetat dan alkohol mempergunakan gula sebagai substratnya, sebaliknya pada fermentasi asam laktat mempergunakan garam sebagai substratnya.
Pada prinsipnya roti dapat dibuat dari berbagai jenis tepung, seperti terigu, jagung, beras, garut, singkong, dan lain-lain. Namun, dalam proses pembuatannya terigu merupakan bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti. Roti umumnya dibuat dari tepung terigu karena tepung terigu mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar, dan mengandung 12-13 persen protein.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti yaitu tepung terigu, gula, susu, margarin, ragi, telur, garam, dan air. Sebagai bahan penunjang biasa ditambahkan essence dan obat-obatan roti yang dapat memperbaiki tekstur, aroma, dan cita rasa dari roti tersebut.

    VI.            Cara Pembuatan Roti
1)      Memasukkan tepung terigu protein tinggi, ragi instant, gula, pasir, dan susu bubuk           kedalam baskom lalu aduk hingga rata.
2)      Menambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk hingga adonan agak kalis.
3)      Menambahkan mentega  dan susu cair, terus aduk hingga adonan kalis.
4)      Membuat bulatan dari adonan dan didiamkan selama 10 menit.
5)      Membiarkan adonan mengembang  selama ± 60 menit dengan di tutupi oleh kain             basah
6)      Membentuk adonan dan tambahkan isian jika ingin ditambahkan.
7)      Memanggang hingga matang, berwarna kuning kecoklatan dengan suhu 200˚C                 selama 20 menit.
8)       Setelah 20 menit roti siap dihidangkan.

 VII.            Data Hasil Pengamatan
               Pada saat proses fermentasi
                        1. Pada 1-30 menit pertama tidak ada perubvahan nyang signifikan
2. Pada 30-45 menit mulai adanya perubahan volum dan bau yang sedikit masam
3. Pada 45-60 menit terakhir roti sudah terfermentasi dan berubah volumnya
                  Pada proses pemanggangan
                        1. Pada 1-5 menit pertama terjadi pemanasan adonan
                        2. Pada 5-10 menit terjadi proses pengembangan pada roti
                        3. Pada menit ke 10-15 adonan mulai matrang dan mekar
                        4. Pada mernit ke 15-20 adonan mulai berubah warna

VIII.            Diskusi Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan yang dilakukan di dapatkan bahwa roti termasuk kedalam Buih Padat. Dimana fase terdispersi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat(Adonan Roti). Proses peragian pada roti tawar yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti.  Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.

  IX.            Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembuatan roti, Roti mereupakan contoh makanan yang merupakan salah satu jenis koloid yaitu “Buih Padat”.

     X.            Daftar Pustaka
1.      Purba, Michael,dkk .2012. KIMIA untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta. Penerbit Erlangga
2.      Nalinda, Fifa. 2013. Laporan Selai. Dari Praktikumkimia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 17.00 wib
3.      Azizatul Munawaroh, Irma. 2012. Koloid pada Roti. Dari jen3la-sains.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 15.00 wib

  XI.            Dokumentasi



























               
                

0 komentar:

Posting Komentar

 

EVERLASTING FRIENDS Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos